Grebeg Kupat di Kota Batu Meriahkan Lebaran 2024, Pawai Gunungan Ketupat dan Hasil Bumi

- 15 April 2024, 09:15 WIB
Dinas Pariwisata Kota Batu mengadakan Grebeg Kupat untuk menyempurnakan perayaan Idul Fitri 2024.
Dinas Pariwisata Kota Batu mengadakan Grebeg Kupat untuk menyempurnakan perayaan Idul Fitri 2024. /Instagram/@disparta_batu

MALANGRAYA.CO – Menurut tradisi masyarakat Indonesia, terutama Jawa, Lebaran Ketupat adalah penyempurna momen kemenangan Idul Fitri. Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu tidak ketinggalan dan akan mengadakan pawai ketupat dan aneka hasil bumi pada Rabu, 17 April 2024.

Lebaran Asiiik di Batu….! Kita akan dihibur dengan Event Seni Budaya Grebeg Kupat Tumpeng Syawalan Kota Wisata Batu yang akan dilaksanakan pada Rabu, (17/4/2024), mulai pukul 09.00 WIB. Start pawai di Pendopo Rumah Dinas Walikota Batu dan finish Alun-Alun Kota Batu,” tulis Disparta Kota Batu dalam Instagram resminya.

Nantikan keseruan Pawai Tumpeng Gunungan Kupat dan aneka hasil bumi berukuran besar yang diarak dan diiringi dengan seni musik dan seni tari tradisional Islami,” sambung Disparta Kota Batu.

Lebaran Ketupat, atau Lebaran Kupat, telah menjadi tradisi tersendiri bagi masyarakat Indonesia, terutama di Jawa. Biasanya diadakan tujuh hari atau satu minggu setelah Idul Fitri, kebiasaan ini kabarnya diperkenalkan pertama kali pada zaman Sunan Kalijaga.

Kala itu, Raden Mas Said, nama asli Sunan Kalijaga, memperkenalkan dua istilah penting, yakni Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Lebaran adalah tradisi silaturahim dan memaafkan setelah salat Idul Fitri, sedangkan Bakda Kupat merupakan perayaan seminggu setelah Idul Fitri.

Di era Walisongo, Lebaran Kupat ini biasanya dirayakan dengan memanfaatkan tradisi slametan yang telah berkembang di masyarakat Jawa. Ketika itu, tradisi ini juga menjadi sarana para wali untuk mengenalkan ajaran Islam mengenai cara bersyukur kepada Tuhan, bersedekah, dan bersilaturahmi.

Mengapa harus ketupat? Menurut buku karya Lilik Setiawan, dkk yang berjudul ‘Fenomena Sosial Keagamaan Masyarakat Jawa dalam Kajian Sosiologi’, ketupat melambangkan permohonan maaf dan keberkahan. Nasi dianggap sebagai lambang nafsu, sedangkan janur melambangkan ‘jati ning nur’ atau hati nurani.

Ketika Lebaran Ketupat, biasanya masyarakat akan berkirim makanan ketupat dan sayur kepada tetangga terdekat. Selain itu, juga diadakan kenduri bersama yang bertujuan untuk saling memaafkan dan juga meminta keberkahan dari Allah SWT.***

Editor: Anang Panca Kurniawan

Sumber: Dinas Pariwisata Kota Batu


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah