Penetapan Awal Ramadhan 1445 H Diwarnai Perbedaan Metode, Kapan Awal Puasa Versi NU dan Muhammadiyah?

- 10 Maret 2024, 20:46 WIB
Tim Pemburu Hilal BMKG melakukan 23 titik pengamatan dengan menggunakan teleskop canggih yang dilengkapi Star-Tracking (Viksen-Otomatis Star Tracking)
Tim Pemburu Hilal BMKG melakukan 23 titik pengamatan dengan menggunakan teleskop canggih yang dilengkapi Star-Tracking (Viksen-Otomatis Star Tracking) /Taufiq Kurniawan/BMKG

MALANGRAYA.CO - Penghujung bulan Sya'ban 1445 H yang ditandai dengan peristiwa ijtimak akhir—ketika Bulan, Bumi, dan Matahari segaris—telah terjadi pada hari Ahad, 10 Maret 2024 M, pukul 16:00:22 WIB.

Fenomena ini membuka prolog bagi penetapan awal Ramadhan yang tahun ini diselimuti beragam interpretasi dari perbedaan metode hisab dan rukyat yang diamalkan di Indonesia hingga ke Arab Saudi.

Metode Hisab Muhammadiyah, MABIMS, KIG Turki

Metode Hisab Imkan Rukyat Baru MABIMS

Pemerintah Indonesia, bersama organisasi PERSIS dan lainnya, mengadopsi metode hisab Imkan Rukyat MABIMS dengan kriteria tinggi hilal minimal 3° dan elongasi minimal 6.4°. Pada 29 Sya'ban 1445 H, meski ijtimak telah terjadi, hilal belum memenuhi syarat keterlihatan. Hal ini berarti, 1 Ramadhan 1445 H ditetapkan pada hari Selasa, 12 Maret 2024, sebagaimana diungkapkan oleh para ahli hisab.

Metode Hisab Wujudul Hilal Muhammadiyah

Berbeda dengan metode pemerintah, Muhammadiyah menggunakan metode hisab Wujudul Hilal. Pada tanggal yang sama, menurut metode ini, hilal telah wujud di atas ufuk—khususnya di Yogyakarta sebagai markaz perhitungan—sehingga 1 Ramadhan ditetapkan jatuh pada hari Senin, 11 Maret 2024.

Hisab Imkan Rukyat TURKI (KIG TURKI2016)

Metode penetapan awal bulan Hijriah dengan Hisab Imkan Rukyat TURKI atau Kalender Islam Global TURKI 2016 menganggap seluruh kawasan dunia seragam dalam penentuan awal bulan. Berdasarkan kriteria tinggi hilal minimal 5° dan elongasi minimal 8°, 1 Ramadhan 1445 H ditetapkan jatuh pada hari Senin, 11 Maret 2024, setelah imkan rukyat terpenuhi di benua Amerika sebelum jam 00 UT.

Hisab Imkan Rukyat Rekomendasi Jakarta 2017 (KIG2017 Jakarta)

Prinsip KIG2017 Jakarta yang berfokus pada kawasan barat Asia Tenggara, dengan kriteria tinggi hilal 3° dan elongasi 6.4°, belum terpenuhi pada tanggal 10 Maret 2024. Konsekuensinya, awal Ramadhan ditetapkan jatuh pada hari Selasa, 12 Maret 2024.

Penetapan dengan Metode Rukyat

Nahdlatul Ulama (NU)

Metode rukyat yang diamalkan oleh NU akan menentukan awal Ramadhan melalui observasi hilal pada 29 Sya'ban 1445 H. Namun, berdasarkan kriteria NU yang memerlukan tinggi hilal 3° dan elongasi 6.4°, kondisi hilal pada tanggal 10 Maret 2024 tidak memungkinkan untuk dirukyat—disebut istihalah al-rukyat. Meskipun rukyat tetap akan dilaksanakan sebagai ibadah wajib kifayah, jika hilal tidak teramati maka 1 Ramadhan jatuh pada hari Selasa, 12 Maret 2024.

Arab Saudi

Pada Ahad Malam Senin 10 Maret 2024, berdasarkan metode hisab manapun, hilal belum bisa dilihat. Namun, praktik rukyat di Arab Saudi kerap menghasilkan kesaksian yang kontroversial, seringkali terpengaruh oleh Kalender Ummul Qura. Oleh karena itu, ada kemungkinan besar Arab Saudi akan menetapkan 1 Ramadhan pada Senin, 11 Maret 2024.

Dari rangkuman data dan analisis metode yang ada, terdapat variasi penetapan 1 Ramadhan 1445 H. Pemerintah, PERSIS, dan NU cenderung menetapkan pada Selasa, 12 Maret 2024, sementara Muhammadiyah, KIG2016 Turki, dan praktik rukyat di Arab Saudi berpotensi menetapkan pada Senin, 11 Maret 2024. ***

Editor: Yudhista AP

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah