UMM Malang Rintis Laboratorium Psikologi E-Sport, Support Mental Players

- 16 Februari 2024, 11:29 WIB
UMM merintis laboratorium psikologi e-sport.
UMM merintis laboratorium psikologi e-sport. /bssn.go.id

MALANGRAYA.CO – E-sport sekarang semakin digemari, terutama oleh anak-anak muda. Namun, masih banyak yang tidak tahu bahwa mereka yang berkecimpung di dunia e-sport, termasuk pemain dan pelatih, juga memerlukan dukungan psikologis. Karena itu, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merintis laboratorium psikologi e-sport.

“Masih banyak team e-sport di Indonesia yang belum mengetahui pentingnya coaches dengan background psikologi. Padahal untuk meningkatkan performa team, harus ada coach yang membimbing dari segi mental dan fisiknya. Karena itu, peluang seorang psikolog menjadi lebih besar untuk masuk ke ranah e-sport pada masa ini,” papar Coach Performance Psychologist, Alberta Listiyani Siegit, M.Sc.

Hampir senada, Dekan Psikologi UMM, M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi, PhD, mengatakan bahwa pro players sangat membutuhkan seorang psikolog karena tingginya tekanan dari berbagai hal yang mereka alami. Di sisi lain, banyak asumsi mengenai e-sport yang belum jelas kebenarannya, dan ini yang membuat psikologi harus masuk untuk mempelajari dan meneliti di dalamnya.

“Sudah seharusnya para pengajar psikologi memanfaatkan aspek pengajaran, penelitian, dan riset untuk mulai masuk ke dunia e-sport. Dari jutaan peminat e-sport yang ada, sangat disayangkan jika psikologi tidak membagi fokus ke sana. Psikologi tidak melulu hanya tentang perusahaan dan gangguan mental, tetapi harus bisa melebarkan sayapnya, salah satunya melalui e-sport ini,” ujar dia.

Saat ini, para pemain e-sport setidaknya bisa dibedakan menjadi dua, yakni mobile e-sport players dan PC e-sport players. Untuk mereka yang menekuni mobile e-sport, kariernya bisa dikatakan cukup singkat karena cuma bisa eksis mulai usia 16 hingga 23 tahun meski mereka sangat fleksibel karena dapat menggunakan smartphone apa saja asalkan mendukung.

“Namun, tidak mudah menjadi mobile e-sport players karena harus berhenti sekolah, dan banyak dari orang tua yang tidak setuju akan hal tersebut. Tidak heran jika kebanyakan pemain berasal dari kalangan menengah ke bawah, terutama yang kesulitan dengan biaya sekolah dan kurang dukungan dari orang tua untuk melanjutkan sekolah,” kata Lusi.

“Berbeda dengan mobile e-sport, PC e-sport players memiliki jenjang karier yang lebih lama, berusia 17 sampai 29 tahun. Kebanyakan mereka juga menempuh pendidikan tinggi atau sudah bekerja. Peminat PC players biasanya berasal dari kalangan menengah, karena dari alat yang diperlukan juga tidak murah, mulai dari PC high-end sampai alat pendukung lainnya,” pungkas Lusi.***

Editor: Anang Panca Kurniawan

Sumber: UMM


Tags

Artikel Pilihan

Terkini