Misteri Waktu: Sebuah Eksplorasi Ontologi oleh Djoko Saryono

24 Mei 2024, 03:33 WIB
Refleksi Ontologi Waktu dalam Kehidupan Manusia /@saryonodjoko/

MALANGRAYA.CO - Dalam sebuah orasi budaya Festival Sastra Kota Malang, Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. menyoroti sebuah entitas yang senantiasa hadir dalam kehidupan manusia: waktu.

Dengan kefasihan dan kedalaman pemikiran, Djoko Saryono membahas ontologi waktu, sebuah konsep yang selama ini menjadi objek kajian spiritual dan intelektual.

"Siapakah dan apakah yang tidak terikat waktu?" tanya Djoko Saryono di awal orasi.

Kitab-kitab suci dan ilmu pengetahuan, dua ranah yang seringkali dianggap berseberangan, keduanya memberikan ruang bagi waktu sebagai fokus utama.

Djoko Saryono mengemukakan pertanyaan filosofis: Apakah waktu itu bersifat alamiah ataukah merupakan bentukan budaya?

Dalam eksplorasinya, Djoko Saryono mengajukan pertanyaan tentang keteraturan dan kekacauan waktu. "Adakah tatanan waktu? Dan adakah kekacauan waktu?" ujarnya, menstimulasi pemikiran para hadirin.

"Bagaimana kontestasi antara keteraturan waktu dan kekacauan waktu?" Pertanyaan-pertanyaan ini membuka diskusi tentang bagaimana manusia memahami konsep masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Djoko Saryono melanjutkan dengan mempertanyakan apakah masa lalu, masa kini, dan masa depan merupakan keteraturan waktu yang dibentuk oleh kesadaran manusia. "Kapankah masa lalu, masa kini, dan masa depan itu dikonstruksi manusia?" tanyanya, menantang persepsi konvensional tentang waktu.

Dalam pandangan Djoko Saryono, kesadaran waktu historis diakronis memainkan peran penting dalam pembentukan konsep waktu.

"Titik pandang kewaktuan kita berada di masa kini, sehingga terbentuklah masa lalu yang harus diingat, masa kini yang harus dibaca, dan masa depan yang harus dibayangkan," ungkapnya, menggambarkan bagaimana manusia secara aktif membentuk pemahaman mereka tentang waktu.

Orasi ini juga menyinggung tentang paradoks manusia terhadap waktu. Djoko Saryono memaparkan bagaimana manusia secara simultan mendambakan perubahan dan perkembangan, namun juga merindukan kesinambungan dan perulangan.

"Di sinilah kita menyaksikan paradoks manusia berkenaan dengan sikap dan pendirian, bahkan keyakinan tentang waktu," katanya, menggambarkan konflik internal yang dialami manusia dalam menghadapi waktu.

Djoko Saryono menutup orasi dengan menekankan bagaimana kesadaran waktu mempengaruhi manusia dalam mengembangkan tatanan waktu yang beragam, mencerminkan kekayaan dan keragaman kebudayaan.

"Berbagai kelompok manusia...mengkonstruksi berbagai-bagai tatanan waktu dengan dasar atau aras bervariasi," tuturnya.

Dalam penutupannya, Djoko Saryono mengajak para hadirin untuk merenungkan bagaimana kita, sebagai manusia, menciptakan dan mengalami waktu.

"Mungkin memang benar kini kita merindukan kesinambungan dan perkembangan demi menggembirakan dan meriangkan atau menghargai hidup kita di dunia," tutup Djoko Saryono. ***

Editor: Yudhista AP

Tags

Terkini

Terpopuler