Simbol Kehormatan di Among Tani: Patung Bung Karno yang Mengajarkan Silaturahmi

- 27 April 2024, 08:29 WIB
Patung Bung Karno Sungkem: Simbol Penghormatan dan Persatuan di Kota Batu
Patung Bung Karno Sungkem: Simbol Penghormatan dan Persatuan di Kota Batu /@membacasoekarno/IG


MALANGRAYA.CO - Dalam suasana yang tenang dan penuh kehormatan, sebuah patung pahatan tangan Edi Susanto berdiri gagah di Taman Balai Kota Among Tani, Kota Batu. Patung tersebut menggambarkan momen bersejarah ketika Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno atau yang akrab disapa Bung Karno, melakukan sungkem kepada ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai.

Peristiwa yang diabadikan dalam bentuk patung ini merupakan simbol dari tradisi yang mendalam dan mengakar di masyarakat Indonesia, khususnya saat perayaan Idulfitri.

Tradisi sungkem, yang dilakukan menjelang lebaran, adalah wujud penghormatan kepada orang yang lebih tua. Sejumlah foto yang telah beredar luas merekam Bung Karno dalam posisi sungkem, sebuah gestur yang menandakan rasa hormat dan pengakuan atas jasa serta nasihat-nasihat yang diberikan oleh para orang tua.

Patung yang diresmikan oleh Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko, pada 27 Maret 2020, ini bukan sekadar karya seni, melainkan juga pengingat akan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh bangsa ini.

Baca Juga: Abdulrachman Saleh dan 3 Pahlawan Diabadikan Dalam Prangko Pahlawan Nasional oleh TNI AU dan Kominfo

Dalam peringatan Idulfitri di halaman Istana Negara pada 18 Maret 1961, Bung Karno mengungkapkan pentingnya momen Idulfitri sebagai kesempatan untuk merekatkan silaturahmi dan saling memaafkan.

Dikutip dari buku "Galilah Api Islam" yang diterbitkan oleh Tjendekia pada tahun 1964, Bung Karno menyatakan, "Sebagai tadi diandjurkan oleh Pak Muljadi Djojomartono, kesempatan ini saja pakai untuk meminta maaf kepada saudara-saudara sekalian atas segala kesalahan jang telah saja perbuat kepada saudara-saudara."

Bung Karno juga menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan di antara manusia dalam konteks agama Islam.

"Agama Islam menghendaki agar supaja manusia sudjud kepada Tuhan, mempersatukan diri dengan Tuhan, tetapi djuga mempersatukan dengan semua manusia," ujarnya. Menurutnya, agama mengajarkan manusia untuk menjadi bagian dari masyarakat yang saling menghormati dan membantu.

Baca Juga: Lebaran di Bromo, Lebih dari 8 Ribu Wisatawan Padati Kawasan, Apa yang Terjadi?

Lebih jauh lagi, Bung Karno berbicara tentang kesalahan manusia yang tidak hanya terbatas pada hubungan antarmanusia, tetapi juga terhadap alam sekitar. Ia menyampaikan bahwa setiap makhluk hidup, termasuk hewan dan tumbuhan, berhak atas penghormatan dan perlakuan yang baik dari manusia.

"Kepada kutjing kadang-kadang kita bersalah, kutjing tidak apa-apa kita pukul, karena kita takut sang kutjing itu makan kita punja panggang ajam. Kita berdosa kepada kutjing," ucap Bung Karno, mengingatkan kita akan tanggung jawab kita terhadap semua makhluk.

Patung Bung Karno yang sungkem ini, karya Edi Susanto, bukan hanya karya seni yang memperindah taman kota. Ia adalah monumen yang mengajarkan dan mengingatkan akan pentingnya nilai-nilai persatuan, penghormatan, dan kepedulian terhadap sesama serta lingkungan.

Patung ini berdiri sebagai saksi bisu atas nilai-nilai yang diwariskan oleh Bung Karno, yang hingga kini terus bergema di hati masyarakat Indonesia. ***

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah