Kontroversi Beasiswa Influencer: Antara Popularitas VS Prestasi Akademis

- 24 Juni 2024, 06:07 WIB
Beasiswa Influencer: Antara Strategi Pemasaran dan Kontroversi
Beasiswa Influencer: Antara Strategi Pemasaran dan Kontroversi /



MALANGRAYA.CO – Di tengah gempuran digital yang semakin menguat, fenomena baru muncul di sejumlah kampus swasta di Indonesia. Beasiswa influencer, yang mulai bermunculan beberapa tahun terakhir, kini menjadi topik hangat yang menyoroti dinamika interaksi sosial di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda.

Universitas Ciputra di Surabaya dan Universitas Muhammadiyah Malang merupakan dua dari beberapa universitas yang menawarkan bantuan pendidikan ini. Di Universitas Ciputra, mahasiswa dengan lebih dari 12.000 pengikut di Instagram atau 15.000 di TikTok berpotensi mendapatkan pembebasan biaya kuliah tahunan hingga 100 persen. Sementara itu, di Universitas Muhammadiyah Malang, setidaknya 5.000 subscriber YouTube atau 10.000 pengikut Instagram bisa menjadi syarat untuk mendapatkan beasiswa.

Angga Prawadika Aji, pakar komunikasi dari Universitas Airlangga, Surabaya, mengungkapkan bahwa fenomena ini mencerminkan keunikan yang sangat Indonesia. "Ada kekaguman yang kuat terhadap media sosial dan budaya selebriti di Indonesia... Banyak anak muda yang ketika ditanya cita-citanya, mereka menjawab ingin menjadi influencer," ungkap Angga.

Baca Juga: Pendaftaran Beasiswa APERTI BUMN 2024 Sudah Dibuka! Kuliah Gratis dan Bisa Langsung Kerja

Namun, wacana beasiswa influencer ini tidak luput dari kontroversi. Di satu sisi, beasiswa ini dianggap sebagai alat pemasaran yang efektif untuk universitas, namun di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa beasiswa ini mengalihkan sumber daya dari mahasiswa yang lebih layak secara akademis dan membutuhkan dukungan finansial.

Devina, siswa SMA berusia 19 tahun, mengungkapkan kekecewaannya setelah mendapatkan beasiswa berbasis prestasi untuk melanjutkan studi sains di universitas negeri di Purwakarta. "Tidak mudah mendapatkan beasiswa karena banyak siswa yang bersaing, dan hanya ada beasiswa terbatas," kata Devina. "Saya bekerja keras untuk mendapatkan nilai yang baik. Tentu saja, frustrasi karena beasiswa influencer bisa membantu siswa lain yang membutuhkan uang," tambahnya.

Polemik ini juga merembet ke media sosial, di mana pengguna mengkritik beasiswa influencer sebagai sesuatu yang bertentangan dengan apa yang seharusnya dipromosikan oleh universitas. "Ini secara terang-terangan memberitahu dunia bahwa universitas adalah untuk ketenaran dan uang, bukan untuk mahasiswa yang benar-benar kompeten," tulis seorang pengguna di Reddit.

Di tengah perdebatan ini, pertanyaan besar yang muncul adalah apakah beasiswa semacam ini akan menjadi tren masa depan atau hanya fenomena sementara yang akan pudar seiring waktu.

Baca Juga: Dapatkan Beasiswa dan Masuk Kampus Idaman dengan Golden Ticket UM, Cek Caranya!

Beasiswa Influencer:
Gimmick atau Gerbang Peluang bagi Siswa Berbakat?"

Pemerintah Indonesia, dalam langkah terbaru yang mendapat sorotan luas, membatalkan rencana yang diumumkan pada Januari untuk menaikkan tarif UKT di kampus negeri. Keputusan ini diambil menyusul gelombang protes dari mahasiswa di seluruh negeri. Menteri Pendidikan, Nadiem Anwar Makarim, mengumumkan bahwa tidak akan ada peningkatan biaya UKT untuk tahun ajaran 2024 hingga 2025.

Halaman:

Editor: Yudhista AP

Sumber: SCMP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah