Ancaman Artificial Intelligence: AI Bukan Masalah, Tapi Alat yang Kuat di Tangan yang Tepat

- 3 Juli 2024, 02:58 WIB
Ilustrasi teknologi AI mengubah dunia seni tradisional
Ilustrasi teknologi AI mengubah dunia seni tradisional /

MALANGRAYA.CO - Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan, telah menjadi topik yang hangat sejak kemunculannya dalam berita pada tahun 2023. Sistem AI generatif seperti ChatGPT telah menunjukkan prestasi yang menakjubkan, membangkitkan harapan sekaligus ketakutan.

Tahun ini, pembuat kebijakan akan mengembangkan standar umum dan kerangka hukum yang dirancang untuk meredakan kekhawatiran tentang keamanan AI.

David Dorrell, Head of Data Science di Frontier, mengingatkan bahwa AI bukanlah tongkat ajaib. "AI adalah alat yang kuat dan, seperti alat lainnya, nilai dari AI tergantung pada keterampilan penggunanya," katanya. Dia mendesak perusahaan untuk memahami secara mendalam tentang teknologi yang berpotensi mengubah dunia ini.

Selain itu, ada pertanyaan mendesak tentang apakah perjanjian kemitraan antara perusahaan teknologi besar dan pengembang AI, seperti kemitraan antara Microsoft dan pemilik ChatGPT, OpenAI, melanggar hukum merger. Kemitraan Microsoft/OpenAI juga menjadi fokus dari CMA, yang menikmati kekuatan baru atas merger global sejak Brexit.

Baca Juga: Terungkap! Gugatan Besar Industri Musik Terhadap AI yang Dituduh 'Mencuri' Karya Seni!

Kutipan dari Kissinger dan rekan-rekannya mengingatkan kita bahwa AI tidak hanya tentang kemampuan dan janjinya, tetapi juga tentang bagaimana teknologi itu digunakan. Perusahaan dan organisasi perlu mengambil pendekatan holistik terhadap AI untuk memahami teknologi ini secara mendalam.

Dengan cara ini, mereka dapat mewujudkan potensi transformatif AI sambil menavigasi pertimbangan etis, sosial, dan regulasi yang datang bersamanya.

AI dan Masa Depan: Harapan, Ketakutan, dan Realitas

Kehadiran Kecerdasan Buatan (AI) telah membantu manusia dalam berbagai aspek pekerjaan, menciptakan efisiensi dan produktivitas yang lebih tinggi. Namun, di balik manfaatnya, AI juga memiliki potensi menjadi ancaman besar jika dikembangkan tanpa memperhatikan etika. Demikian disampaikan oleh Guru Besar UGM, Prof. Dr. Ir. Ridi Ferdiana, S.T., M.T., IPM., dalam Sekolah Wartawan pada Senin (26/6).

Baca Juga: Universitas Brawijaya Akselerasi AI untuk Pembelajaran, Siapkan Supercomputer

Profesor Ridi mengungkapkan bahwa AI dapat menjadi berbahaya ketika ada pihak yang memahami AI dan membuat varian baru yang menyalahi etika. Misalnya, penyalahgunaan terkait privasi seperti perubahan wajah dan lainnya. "Itu bahaya yang paling mengerikan," ujarnya.

Bahkan, berbagai pelaku dapat mengeksploitasi Kecerdasan Buatan Generatif (GenAI) untuk menghasilkan disinformasi dan menciptakan narasi palsu. Tujuannya bisa sangat beragam, mulai dari mempengaruhi pemilihan umum, menyebarkan propaganda ideologis, hingga melakukan skema penipuan.

Halaman:

Editor: Yudhista AP

Sumber: ugm.ac.id Frontier


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah