Pergeseran Masa Tanam Padi Akibat El Nino Jadi Ancaman Masa Depan Paceklik Penyediaan Pangan

- 27 Desember 2023, 19:19 WIB
Hujan mulai datang, petani di Aceh mulai semaikan benih padi
Hujan mulai datang, petani di Aceh mulai semaikan benih padi /Acehbesarkab.go.id/

MALANGRAYA.CO - Indonesia kini menghadapi tantangan besar dalam sektor pertanian. Fenomena El Nino yang telah mengakibatkan kemarau ekstrem, berdampak signifikan pada jadwal tanam padi di berbagai wilayah, termasuk di pulau Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Kondisi ini tidak hanya mengganggu siklus tanam, tetapi juga berpotensi mengancam kestabilan produksi beras nasional.

Petani di Sigi, misalnya, baru memulai persiapan musim tanam yang seharusnya dimulai pada Oktober-November. Namun, karena hujan baru turun di akhir Desember, mereka terpaksa menunda kegiatan tanam. Fenomena serupa terjadi di Pinrang, Sulawesi Selatan, dan Cirebon, Jawa Barat, di mana petani baru bisa menanam pada Desember atau bahkan Januari mendatang.

“Masa tanam terlambat dibuka lantaran air tidak kunjung masuk ke saluran irigasi,” kata Suganda, petani asal Desa Pegagan Kidul, Cirebon.

Situasi di Kabupaten Jember juga tidak jauh berbeda. Menurut Kuseno, petani di Desa Karang Semanding, “Kami sudah ngurit atau menabur benih padi dan masih menunggu hujan turun agar biaya operasional tidak membengkak.” Ini menunjukkan betapa petani bergantung pada siklus hujan yang tepat waktu untuk memulai proses tanam.

Kementerian Pertanian mengakui bahwa El Nino menyebabkan mundurnya musim tanam, yang berdampak pada penurunan produksi. "Jika biasanya musim tanam Oktober, karena belum hujan tanam menjadi mundur. Ini yang dikhawatirkan tahun depan," ujar Rahmanto, Direktur Irigasi Pertanian Direktorat Sarana Pertanian Kementerian Pertanian.

Untuk mengatasi tantangan ini, Kementerian Pertanian telah menetapkan strategi untuk meningkatkan indeks pertanaman padi dan perluasan areal tanam.

Data BPS menunjukkan luas panen padi saat ini mencapai 10,45 juta hektare dengan produksi 54,74 juta ton gabah kering giling. Meski demikian, proyeksi produksi pada awal 2024 menurun, dengan penurunan luas panen yang signifikan di Februari.

Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional, menekankan pentingnya perluasan lahan panen. "Lahan panen mesti melebihi luas 1 juta hektare per bulan agar neraca pangan tidak defisit," katanya.

Dia juga mengatakan bahwa kebijakan impor akan menjadi alternatif terakhir dalam menghadapi dinamika produksi dan konsumsi yang bergeser.

Halaman:

Editor: Yudhista AP

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini