Menepis Julukan 'Nepo Baby' oleh Media Asing, Gibran Dianggap Mendominasi Panggung Debat Cawapres

- 28 Desember 2023, 12:22 WIB
Gibran dilabeli 'nepo baby' dalam sebuah tulisan di Aljazeera
Gibran dilabeli 'nepo baby' dalam sebuah tulisan di Aljazeera /YAP/MR

MALANGRAYA.CO - Dalam debat presiden Indonesia yang kedua, Gibran Rakabuming Raka, kandidat wakil presiden kontroversial dan putra Presiden Joko Widodo, menunjukkan penampilan yang mengejutkan dan mengesankan. Ia berhasil menangkis tuduhan nepotisme dan ketidakberpengalamanan dengan argumen yang kuat tentang isu ekonomi.

Gibran Rakabuming Raka, putra dari Presiden Indonesia Joko Widodo, menjadi sorotan dalam debat presiden Indonesia yang kedua. Menghadapi tuduhan nepotisme dan kurangnya pengalaman, Gibran, berusia 36 tahun, tampil dominan meski berhadapan dengan kandidat yang lebih berpengalaman.

"Pendapat saya secara keseluruhan adalah bahwa mereka yang meragukan Gibran sebagai sosok yang tidak kompeten terbukti salah," kata Alexander Arifianto, seorang peneliti di S Rajaratnam School of International Studies di Singapura, kepada Al Jazeera.

Sejak mengumumkan pencalonannya pada Oktober, Gibran menghadapi kontroversi, termasuk tuduhan sebagai "nepo baby" dan kelanjutan dari politik dinasti yang telah lama meresahkan politik Indonesia. Julukan "nepo baby" memiliki konotasi negatif, berasal dari kata "nepotism baby" - bayi nepotisme. Hal itu disematkan karena ia dianggap mendapatkan banyak keistimewaan sehubungan dengan jabatan ayahnya, Joko Widodo.

Nepo baby sebenarnya merupakan singkatan dari 'nepotism baby'. Dalam bahasa Indonesia berarti 'bayi nepotisme'.

Baca artikel CNN Indonesia "Menelaah Istilah 'Nepo Baby' yang Disematkan pada Gibran Rakabuming" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20231228110053-277-1042545/menelaah-istilah-nepo-baby-yang-disematkan-pada-gibran-rakabuming.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/
Nepo baby sebenarnya merupakan singkatan dari 'nepotism baby'. Dalam bahasa Indonesia berarti 'bayi nepotisme'.

Baca artikel CNN Indonesia "Menelaah Istilah 'Nepo Baby' yang Disematkan pada Gibran Rakabuming" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20231228110053-277-1042545/menelaah-istilah-nepo-baby-yang-disematkan-pada-gibran-rakabuming.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/

Dengan pengalaman politik yang hanya sebatas dua tahun sebagai walikota Surakarta di Jawa Tengah, Gibran dituduh mengandalkan nama besar ayahnya dan kurang memiliki kredibilitas sebanding dengan kandidat lain seperti Abdul Muhaimin Iskandar, wakil ketua DPR, dan Mahfud MD, menteri yang bertanggung jawab atas urusan politik, hukum, dan keamanan.

Pencalonan Gibran difasilitasi oleh keputusan kontroversial Mahkamah Konstitusi Indonesia pada Oktober yang melonggarkan syarat usia minimum untuk calon presiden dan wakil presiden. Meski mendapat sorotan tentang legitimasi pencalonannya dan kesesuaiannya untuk jabatan Wapres, penampilan Gibran pada debat dihadiri dengan antusias.

Debat kedua yang berfokus pada ekonomi menyoroti masalah seperti pajak, perdagangan, manajemen anggaran negara, infrastruktur, dan perencanaan kota.

Dandy Rafitrandi, seorang ekonom di Centre for Strategic and International Studies, menyatakan bahwa pertanyaan yang diajukan oleh panel ahli cukup spesifik dan membutuhkan pemahaman mendalam tentang topik ekonomi.

Gibran, dalam debat tersebut, menjelaskan beberapa program, termasuk program makan siang gratis senilai 400 triliun Rupiah, namun tidak menjelaskan sumber pendanaannya.

Puncak debat terjadi saat kandidat berdebat tentang Nusantara, ibu kota baru Indonesia yang saat ini sedang dibangun di hutan Kalimantan. Gibran membela rencana tersebut, yang diprakarsai oleh Jokowi, meski proyek tersebut kesulitan mengamankan investasi asing.

"Penampilan Gibran malam ini menjadi pemenang yang jelas. Ini telah menetapkan standar tinggi dan akan lebih sulit bagi tim Anies dan Ganjar untuk mengejar, terutama dalam hal ekonomi dan investasi," kata Arifianto dari RSIS.

Namun, tidak semua orang terkesan dengan penampilan dinamis Gibran, dengan Ian Wilson, dosen studi politik dan keamanan di Murdoch University di Perth, Australia, mengatakan bahwa respons Gibran kurang substansi kebijakan, lebih mengandalkan kombinasi slogan dan fakta.

Meskipun Gibran mungkin ingin lepas dari label "nepo baby", sulit untuk menghilangkan citra keluarganya sepenuhnya, tambah Wilson.***

Editor: Yudhista AP

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah