Negara Asia-Pasifik Punya Obat Baru Memerangi TBC, Tingkat Kesembuhan Diklaim 90 Persen

- 15 April 2024, 11:10 WIB
Negara Asia-Pasifik memiliki senjata baru dalam memerangi TBC yang menular.
Negara Asia-Pasifik memiliki senjata baru dalam memerangi TBC yang menular. /Freepik/@partystock

MALANGRAYA.CO – Meskipun TBC dapat berhasil diobati dengan antibiotik, lebih dari tiga persen pasien baru mengalami resistensi terhadap obat yang biasa diresepkan. Kabar baiknya, sekarang negara Asia-Pasifik memiliki senjata baru dalam memerangi TBC yang resistan terhadap obat, termasuk di Indonesia.

Asia-Pasifik memiliki sebagian besar dari perkiraan 10,6 juta kasus TBC dunia pada tahun 2022. Hingga saat ini, pengobatan untuk pasien-pasien ini melibatkan suntikan yang menyakitkan setiap hari atau segenggam pil selama 18 bulan atau lebih.

Beberapa pasien mengalami efek samping yang parah seperti mual dan, dalam kasus yang ekstrem, kebutaan. Banyak yang akhirnya menghentikan pengobatannya sebelum waktunya, dan tingkat keberhasilannya mencapai 63 persen atau lebih rendah.

Kini, regimen obat baru yang melibatkan lebih sedikit pil dan efek samping sedang diluncurkan di Asia-Pasifik, termasuk Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Uji coba menunjukkan tingkat kesembuhan lebih dari 90 persen setelah enam bulan.

Pengobatan tersebut, yang dikenal sebagai BPaL, menggabungkan antibiotics bedaquiline, pretomanid, dan linezolid, dan telah mendapat persetujuan peraturan di lebih dari 60 negara sejak 2019, menurut TB  Alliance. Pada 2022, WHO mengizinkan BPaL digunakan dengan atau tanpa antibiotik keempat yang disebut moxifloxacin.

BPaL dikabarkan telah mengubah hidup juru masak asal Filipina, Efifanio Brillante, yang didiagnosis mengidap TBC yang resistan terhadap obat pada Juni 2022. Ia awalnya menjalani pengobatan jangka panjang, menelan 20 tablet sehari, dan hal itu membuatnya merasa sangat mual sehingga dia tidak bisa bekerja atau makan.

“Ini sangat sulit. Anda selalu berada di tempat tidur. Kadang-kadang saya bahkan tidak bisa bernapas,” ujar Brillante kepada kantor berita AFP tentang pengalamannya menderita TBC.

Kemudian, Brillante mengikuti uji coba BPaL di Rumah Sakit Umum Jose B Lingad Memorial di Provinsi Pampanga, sebelah utara Manila. Dia meminum antara tiga hingga tujuh pil sehari dan sembuh setelah enam bulan.

“Saya sangat bersyukur saya telah disembuhkan. Kalau saya tidak ambil BPaL itu, bisa-bisa saya sudah dimakamkan di pekuburan,” imbuh Brillante.

TBC disebabkan oleh bakteri yang terutama menyerang paru-paru dan ditularkan melalui udara oleh orang yang terinfeksi, misalnya melalui batuk. Meskipun ditemukan di setiap negara, masyarakat miskin yang tinggal dan bekerja di lingkungan yang penuh sesak berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini.

Halaman:

Editor: Anang Panca Kurniawan

Sumber: TRT World


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah