Isra Miraj, Kisah Keajaiban Perjalanan Malam Nabi Muhammad SAW

- 7 Februari 2024, 21:47 WIB
Isra Miraj merupakan perjalanan ajaib Nabi Muhammad SAW saat menerima perintah salat.
Isra Miraj merupakan perjalanan ajaib Nabi Muhammad SAW saat menerima perintah salat. /bpkh.go.id

MALANGRAYA.CO – Isra Miraj adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW yang patut kita yakini. Banyak di antara kita yang cuma mengetahui bahwa Rasulullah SAW dipindahkan dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsa, lantas naik ke surga. Faktamya, ada banyak perhentian sepanjang perjalanan luar biasa ini dan kisahnya yang penuh dengan keajaiban.

Seperti dilansir dari Muslim Hands, Isra Miraj terjadi ketika Rasulullah SAW mengalami kesulitan dan kesakitan luar biasa. Kaum Quraisy terus-menerus mencemooh, menghina, dan menindas beliau dan para pengikutnya. Terlebih lagi, Rasulullah SAW baru saja menghadapi Tahun Kesedihan (’Aam al-Huzn), ketika kehilangan istri tercintanya, Khadijah (ra), dan pamannya, Abu Thalib.

Setelah melewati begitu banyak kesedihan dan penderitaan, Rasulullah SAW dianugerahi anugerah yang sungguh indah. Beliau dipindahkan tidak hanya ke Tempat Suci dan melintasi angkasa, tetapi akhirnya ke Hadirat Ilahi, sumber segala kenyamanan dan harapan. Karena itu, salah satu hikmah terpenting dari Isra Miraj adalah bahwa 'setiap kesulitan pasti ada kemudahan' (Al Quran, 94:5).

Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsa

Ketika Rasulullah SAW sedang tidur di rumah Ummu Hani (ra) di Mekah, beliau bersabda, ‘Atap rumahku terbuka dan Malaikat Jibril (as) turun’ (hadis riwayat Bukhari). Para ulama merekonsiliasi berbagai riwayat, mengatakan beliau kemudian dibawa ke Hijr, dinding setengah lingkaran Kabah.

Beliau lalu bersabda bahwa ‘Jibril (as) membuka dadaku, dan membasuh diri dengan air zamzam. Kemudian dia membawa sebuah nampan emas yang penuh dengan hikmah dan keimanan, dan setelah menuangkan isinya ke dalam dadaku, dia menutupnya’ (hadis riwayat Bukhari).

Rasulullah SAW melanjutkan, ‘Saya kemudian dibawakan seekor binatang berwarna putih yang disebut al-Buraq (dari kata Arab barq, yang berarti kilat), lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bagal. Langkahnya sejauh mata memandang’ (hadis riwayat Muslim).

Di beberapa titik sepanjang perjalanan, Jibril (as) menghentikan Buraq dan berkata kepada Rasulullah SAW, ‘turun dan berdoa’. Perhentian pertama adalah di 'tempat emigrasi' yaitu Madinah, dan segera setelah malam ini, beliau akan bertemu dengan kaum Ansar dan bermigrasi ke kota itu. Perhentian kedua adalah di Gunung Sinai, tempat Allah SWT menurunkan Taurat kepada Nabi Musa (as). Perhentian ketiga adalah di Betlehem, tempat lahirnya Nabi Isa (as).

Perhentian keempat adalah makam Nabi Musa (as). ‘Saya kebetulan melewati Musa (as) pada malam perjalanan malam saya di bukit pasir merah ketika dia sedang berdiri berdoa di kuburnya’ (hadis riwayat Muslim). Kejadian ini dengan jelas menunjukkan kepada kita sebuah contoh dari apa yang Rasulullah SAW katakan tentang para Nabi (as) setelah mereka wafat bahwa, ‘Para Nabi masih hidup di dalam kuburnya sambil berdoa’ (Abu Ya‘la).

Setibanya di Masjid al-Aqsa

Akhirnya Rasulullah SAW tiba di kota suci Al-Quds (Yerusalem) dan beliau bersabda, ‘Ketika kita sampai di Bait al-Maqdis (nama lain dari Masjid al-Aqsa), Jibril (as) menunjuk dengan jarinya menyebabkan retakan pada batu, dan dia mengikatkan Buraq padanya (di dinding barat tempat suci yang mulia)' (hadis riwayat Tirmidzi). Yang menunggu di dalam adalah 124 ribu Nabi (as). Jibril (as) memimpin Rasulullah SAW ke depan, dan beliau memimpin mereka semua dalam salat di ruang yang diberkati ini.

Halaman:

Editor: Anang Panca Kurniawan

Sumber: Muslim Hands


Tags

Artikel Pilihan

Terkini