Prof. Nazaruddin Bongkar Cara UMM Jalin Hubungan Ikhlas dengan Pers

28 Maret 2024, 18:01 WIB
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Nazaruddin Malik sedang menyapa para peserta Silaturahmi dan Buka Bersama Kerabat Media Kontributor UMM di Aula Biro Administrasi Umum (BAU), Rabu (27/3/2024) sore. /Humas UMM/

MALANGRAYA.CO – Dalam suasana keakraban yang terjalin di Aula Biro Administrasi Umum (BAU) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rektor UMM Prof. Nazaruddin Malik SE MSi menegaskan pentingnya membangun hubungan yang alami dan ikhlas dengan media. Acara Silaturahmi dan Buka Bersama Kerabat Media Kontributor UMM pada Rabu (27/3/2024) sore ini menjadi saksi bisu atas komitmen tersebut.

Kehadiran para pimpinan UMM bersama wartawan dari berbagai media, baik cetak, online, radio, maupun televisi, menandai kontinuitas tradisi yang telah berlangsung sejak 1997. Tradisi ini berawal ketika Muhadjir Effendy, yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), masih menjabat sebagai Rektor UMM.

Baca Juga: Muhammadiyah Launching Ponpes Internasional di Malang, Gedung Hibah UMM

"Tradisi baik ini perlu kita lanjutkan," ujar Prof. Nazaruddin, menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh pendahulunya. Dengan pertanyaan retoris, ia merenungkan pola hubungan yang telah terjalin antara UMM dan ekosistemnya dengan media.

"Apakah karena Pak Muhadjir itu seorang awak pers, menjadi dosen dan seterusnya?" tanyanya, memicu refleksi tentang interaksi dan kohesi sosial yang tercipta.

Menurut Prof. Nazaruddin, hubungan dengan media seharusnya berlangsung secara otomatis dan ikhlas, bukan karena desain atau settingan tertentu.

"Termasuk ekosistem hubungan dengan pers itu harusnya terjadi automatically dan ikhlas. Jadi tidak by design, apalagi di-setting," tegasnya, menambahkan bahwa insting untuk mengatur settingan memang ada, tetapi itu bukan esensi dari hubungan yang diupayakan UMM.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa Muhadjir Effendy telah meletakkan fondasi hubungan yang tak hanya berdasarkan kesadaran semata, namun juga dedikasi terhadap dunia pers yang kental. Hal ini tercermin dari berdirinya Program Studi Ilmu Komunikasi UMM.

"Rasanya kita ini ada dan dekat-dekat gitu. Tidak by setting. Artinya, kita melakukan aktivitas jurnalistik itu yang berimbang, check and balance," jelas Prof. Nazaruddin, menggambarkan bagaimana UMM bersikap terhadap informasi yang beredar di media.

Di balik itu semua, dunia pers mengajarkan tentang pembangunan nilai public relations yang baik, bahkan mungkin corporate relations. Prof. Nazaruddin lebih suka menyebutnya sebagai university relations yang perlu dibangun, dengan tujuan utama mendapatkan 'menu' bergizi berupa knowledge atau informasi.

Baca Juga: Jokowi Teken Perpres Publisher Right, Diharapkan Katrol Industri Pers

Anak sulung almarhum Abdul Malik Fadjar, Menteri Pendidikan Nasional pada Kabinet Gotong Royong, itu menegaskan bahwa bagi universitas, penting untuk menyerap informasi yang diproduksi media. Di era saat ini, meskipun media mainstream masih eksis, media non-mainstream, khususnya digital media, telah berkembang pesat.

Namun, beliau tetap berpendapat bahwa UMM harus mendorong kebiasaan tekun membaca, terutama media cetak yang dianggap sebagai media mainstream. "Di meja kami setiap pagi itu kalau nggak salah ada 6 atau 7 (koran). Hampir seluruh terbitan yang masih hidup di Indonesia itu ada," tuturnya, disambut aplaus dari para hadirin.

Acara Silaturahmi dan Buka Bersama ini tidak hanya menjadi ajang pertemuan rutin, tapi juga simbolisasi dari komitmen UMM untuk terus menjalin hubungan yang sehat dan produktif dengan media, demi mencerdaskan kehidupan bangsa. ***

Editor: Yudhista AP

Tags

Terkini

Terpopuler