Berpuasa Ramadhan, Momentum Hidup Lebih Sehat Berlandaskan Keimanan

- 18 Maret 2024, 12:28 WIB
Berpuasa Ramadhan bisa menjadi momentum mengubah pola hidup lebih sehat berlandaskan keimanan.
Berpuasa Ramadhan bisa menjadi momentum mengubah pola hidup lebih sehat berlandaskan keimanan. /Pexels/@Sami Abdullah

MALANGRAYA.CO – Penelitian mengenai puasa intermiten telah tersebar luas, menjadi bentuk manajemen berat badan yang populer. Namun, puasa keagamaan, termasuk di bulan Ramadhan, belum mendapatkan perhatian yang sama. Padahal, puasa ini mempunyai manfaat kesehatan yang sama, atau bahkan lebih besar, dan bisa mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.

Seperti dilansir dari The Conversation, puasa selama bulan Ramadhan dikaitkan dengan penurunan tekanan darah dan berat badan. Menurunnya tekanan darah pada mereka yang berpuasa bisa jadi merupakan efek dari tidak makan atau minum di siang hari, sehingga menurunkan kadar insulin yang dapat bekerja pada sistem saraf simpatis serta mengurangi volume darah.

Mungkin tidak mengherankan mengingat puasa cenderung membatasi asupan energi, sehingga juga dikaitkan dengan penurunan berat badan. Namun, manfaat tersebut bisa saja hilang karena konsumsi makanan dan minuman kurang sehat yang berlebihan saat berbuka puasa. Untuk menjaga manfaat puasa, sebaiknya menghindari konsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan garam ketika berbuka.

Tinjauan peneliti menunjukkan bahwa para profesional kesehatan dapat mendukung masyarakat untuk menggunakan aspek-aspek keyakinan mereka, termasuk praktik puasa, untuk mendukung gaya hidup yang lebih sehat. Hal ini dapat mencakup kerja sama dengan para pemimpin agama seperti para imam dan komunitas masjid sebelum Ramadhan untuk menyediakan menu berbuka yang sehat

Bahkan, ada kemungkinan untuk menggunakan aspek keimanan guna meningkatkan perawatan diri sebagai bagian dari praktik keagamaan, meningkatkan kesehatan fisik bersamaan dengan pertumbuhan spiritual dan identitas. Misalnya, para pemuka agama dapat mendorong masyarakat untuk mengonsumsi makanan sehat di luar periode puasa untuk meningkatkan kesehatan dan konektivitas sosial.

Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang beriman menikmati hasil kesehatan yang lebih positif melalui serangkaian intervensi, termasuk pengelolaan berat badan. Hal ini mungkin sebagian disebabkan intervensi kesehatan yang terkait dengan agama yang lebih sesuai secara budaya dan selaras dengan keyakinan dan gagasan pasien.

Jadi, saat jutaan orang menjalankan kewajiban berpuasa, mungkin merupakan saat yang tepat bagi para profesional kesehatan untuk bekerja dengan pemimpin agama untuk mengembangkan pendekatan budaya yang inklusif. Pasalnya, masyarakat akan lebih cenderung menerapkan kebiasaan positif jika hal ini sejalan dengan nilai-nilai pribadi mereka, termasuk keyakinan.***

 

Editor: Anang Panca Kurniawan

Sumber: The Conservation


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x