Gelombang Ekonomi Global: Rupiah di Tengah Sentimen Risk-Off Global, Tersandung di Awal Pekan

- 25 Maret 2024, 11:37 WIB
Ilustrasi: Nilai Kurs Rupiah Hari Ini
Ilustrasi: Nilai Kurs Rupiah Hari Ini /Antara/Reno Esnir/

MALANGRAYA.CO – Di tengah fluktuasi ekonomi global, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengawali pekan dengan penurunan. Rupiah tergelincir 7 poin atau 0,04 persen menjadi Rp15.790 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di Rp15.783 per dolar AS. Penurunan ini dipicu oleh sentimen risk-off yang bersumber dari AS dan Tiongkok, dua kekuatan ekonomi yang signifikan dalam perekonomian global.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memberikan pandangannya kepada ANTARA di Jakarta.

"Indikator manufaktur AS yang kuat dan pasar tenaga kerja yang lebih ketat menurunkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal, meningkatkan sentimen risk-off di pasar," ungkap Josua. Pernyataan ini menegaskan bahwa kondisi ekonomi AS saat ini menimbulkan antisipasi terhadap kebijakan moneter yang akan datang.

Baca Juga: Harga Emas Berkilau Menanti Keputusan The Fed, Rupiah Terombang-ambing

Di sisi lain, People's Bank of China (PBoC), bank sentral Tiongkok, mengambil langkah penyesuaian nilai tukar yuan terbesar sejak Februari 2024. Langkah ini diinterpretasikan sebagai upaya Pemerintah Tiongkok untuk mendukung perekonomian dengan membiarkan yuan terdepresiasi.

Dolar AS mengalami penguatan terhadap mata uang global, termasuk rupiah, terutama karena sinyal dovish dari berbagai bank sentral global. "Indeks dolar AS menguat didorong oleh pernyataan dovish dari Bank of England (BoE) dan European Central Bank (ECB)," tambah Josua.

Gubernur BoE, Andrew Bailey, menyatakan bahwa penurunan suku bunga kebijakan akan menjadi topik utama dalam pertemuan BoE mendatang, sementara anggota ECB, Joachim Nagel, memperkirakan ECB akan mulai memangkas suku bunga bahkan sebelum liburan musim panas.

Di Amerika, Raphael Bostic, salah satu pejabat The Fed, menyampaikan bahwa The Fed hanya bisa memangkas Fed Funds Rate satu kali pada tahun 2024 karena kekhawatiran melambatnya kemajuan disinflasi. Sentimen ini mengimbangi dampak pengumuman pertemuan FOMC yang menandakan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini.

Baca Juga: Perbandingan Lengkap Xiaomi Mi Play vs Redmi Note 7: Siapa Juara Murah Meriah?

Halaman:

Editor: Yudhista AP

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah