Serangan Iran-Israel Guncang Pasar: Dolar AS Jadi Buruan, Rupiah Terjepit!

- 15 April 2024, 17:59 WIB
Dolar AS Tertekan, Tapi Tetap Kuat di Tengah Ketidakpastian dan Ketegangan Timur Tengah
Dolar AS Tertekan, Tapi Tetap Kuat di Tengah Ketidakpastian dan Ketegangan Timur Tengah /Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO


MALANGRAYA.CO - Senin pagi, mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan tipis dalam perdagangan Eropa, namun tetap berada pada posisi tinggi di tengah ketidakpastian mengenai pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang mengurangi selera risiko.

Pukul 04:00 ET (09:00 GMT), Indeks Dolar, yang melacak pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, diperdagangkan 0,1% lebih rendah pada angka 105,710. Angka ini mendekati level tertinggi sejak awal November, setelah naik 1,7% minggu lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak September 2022.

Di Indonesia, prediksi yang diberikan oleh Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berada pada level Rp 16.000 pada pembukaan perdagangan besok, Selasa (16/4).

Baca Juga: Kenaikan Harga Emas Masih Berlanjut, Analis Antisipasi Volatilitas Pasar Pekan Ini

Ibrahim mengatakan bahwa rupiah di pasar internasional sebenarnya telah menyentuh angka tersebut. Namun, karena pasar domestik sedang libur Lebaran, data yang tercatat masih pada level Rp 15.848 per dolar AS.

"Rupiah secara internasional memang melemah, tetapi pasar dalam negeri saat ini tutup. Jadi, jika nanti dibuka bisa langsung menyentuh Rp 16.000. Hal ini karena fluktuasi di libur panjang lebaran ini cukup tinggi," tutur Ibrahim kepada Kontan.co.id, Senin (15/4).

Serangan Iran ke Israel yang terjadi kemarin, Minggu (14/4/2024), diprediksi akan berdampak serius terhadap ekonomi Indonesia, termasuk pelemahan rupiah. Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, memprediksi lonjakan harga minyak akan berimbas pada pelebaran subsidi energi dan pelemahan kurs rupiah yang lebih dalam.

"Kedua, keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang karena meningkatnya risiko geopolitik. Investor juga mencari aset yang aman baik emas dan dolar AS sehingga rupiah bisa saja melemah hingga 17.000 per dolar AS," ungkap Bhima.

Baca Juga: Rupiah Ambrol! Nilai Kurs Tembus Rp16.000 per Dolar AS di Tengah Keramaian Libur Lebaran

Selain itu, ia menambahkan bahwa kinerja ekspor Indonesia ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa akan terganggu, yang berpotensi menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat di kisaran 4,6-4,8 persen tahun ini.

Dolar AS mengalami pengambilan keuntungan di awal hari Senin, namun tetap diminati setelah serangan Iran ke Israel selama akhir pekan meningkatkan permintaan aset aman, di tengah kekhawatiran konflik regional yang lebih luas ditambah perang antara Israel dan Hamas di Gaza.

"Karena sekutu barat mendesak agar bersikap hati-hati, pasar mengambil posisi bahwa pemerintah Netanyahu akan menghindari respons yang lebih agresif dan eskalatif dari serangan langsung terhadap fasilitas militer atau nuklir Iran," analis di ING menyatakan dalam catatan mereka. ***

Editor: Yudhista AP

Sumber: Investing.com Antara kontan.co.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah