Perlambatan Ekonomi Tiongkok dan Kebijakan The Fed, Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Rupiah?

- 30 April 2024, 16:31 WIB
Ilustrasi - Pelemahan Rupiah Dipengaruhi Ketidakpastian Suku Bunga AS dan Perlambatan Ekonomi Tiongkok
Ilustrasi - Pelemahan Rupiah Dipengaruhi Ketidakpastian Suku Bunga AS dan Perlambatan Ekonomi Tiongkok /ANTARA/Galih Pradipta/

Songgolangit.com – Nilai tukar mata uang rupiah mengalami penurunan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), terimbas oleh antisipasi para pelaku pasar terhadap hasil pertemuan Federal Open Meeting Committee (FOMC) yang akan berlangsung pekan ini.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, mengungkapkan bahwa kecenderungan penurunan ini merupakan dampak dari sikap investor yang berhati-hati.

Pada penutupan perdagangan di hari Selasa, tercatat bahwa rupiah melemah sebesar 4 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.259 per dolar AS, sedikit turun dari posisi sebelumnya di Rp16.255 per dolar AS. Assuabi menyoroti bahwa indeks dolar AS mengalami kenaikan sekitar 0,3 persen di pasar Asia, sejalan dengan persiapan investor menjelang pertemuan FOMC.

“Kekhawatiran akan suku bunga AS yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama menempatkan dolar pada jalur kenaikan 1,3 persen di bulan April,” ujar Assuabi dalam keterangan resminya di Jakarta.

Baca Juga: Dampak Penerapan Sistem Kurs Mengambang, Apa Artinya Rupiah Menguat Bagi Ekonomi Indonesia?

Dari sisi kebijakan moneter, The Fed—bank sentral AS—diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada level stabil. Namun, komentar hawkish yang diharapkan dari Ketua The Fed, Jerome Powell, terkait data inflasi AS yang menguat, menambah ketidakpastian di pasar keuangan.

Sementara itu, faktor ekonomi Tiongkok turut memberikan dampak. Data Purchasing Managers' Index (PMI) menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur Tiongkok pada bulan April mengalami perlambatan, dengan PMI manufaktur berada di angka 50,4, turun dari 50,8 pada bulan Maret. PMI non-manufaktur pun menunjukkan penurunan yang lebih tajam, dari perkiraan 52,3 menjadi aktual 51,2.

“Meskipun survei swasta memberikan gambaran yang lebih baik mengenai sektor manufaktur, data pada hari Selasa masih menguraikan pelemahan berkelanjutan dalam perekonomian Tiongkok, meskipun kuartal pertama menunjukkan kinerja yang kuat,” tambah Assuabi.

Dengan kondisi ini, mata uang rupiah pada perdagangan Kamis diperkirakan akan bergerak fluktuatif, namun dengan kecenderungan menguat di rentang Rp16.200-Rp16.300 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Ambrol! Nilai Kurs Tembus Rp16.000 per Dolar AS di Tengah Keramaian Libur Lebaran

Halaman:

Editor: Yudhista AP

Sumber: Investing.com Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah