Puing Rumah Sakit Al Shifa Bercerita: Kisah Pilu Perawat Palestina dan Misi Identifikasi WHO

- 11 April 2024, 01:48 WIB
Seorang ibu tercenung melihat RS Al Shifa menjadi puing di Gaza, setelah IDF menarik tentaranya pada 1 April 2024
Seorang ibu tercenung melihat RS Al Shifa menjadi puing di Gaza, setelah IDF menarik tentaranya pada 1 April 2024 /AFP/

MALANGRAYA.CO - Dalam reruntuhan Al Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza yang hancur, Maha Sweylem, seorang perawat Palestina, merasakan perpaduan antara harapan dan ketakutan saat mencari kabar suaminya, Abdel Aziz Kali, seorang dokter yang telah hilang sejak insiden pengepungan oleh militer Israel.

Tim dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tiba pada hari Senin untuk membantu identifikasi jasad yang berserakan di puing-puing tersebut. Mereka disambut oleh aroma kematian yang menyengat, sementara alat berat berusaha membersihkan reruntuhan, dan petugas penyelamat menarik tubuh-tubuh yang sudah membusuk dari pasir dan puing.

Selama dua minggu pertempuran sengit bulan lalu, militer Israel mengaku telah berhadapan dengan militan di rumah sakit tersebut, yang menurut WHO, pasien terjebak di dalamnya.

Sweylem, yang belum melihat suaminya sejak ia ditangkap selama serangan tersebut, mengungkapkan kepada AFP, "Saya menghabiskan empat hari di sana bersama dua putri kecil saya, tanpa makanan atau minuman. Mereka menangis karena lapar. Ketika suami saya ditangkap, dia sudah tidak makan selama tiga hari."

Baca Juga: PBB Ungkap Perlakuan Brutal Israel Terhadap Wanita dan Anak Palestina!

Militer Israel, yang telah lama menuduh Hamas menggunakan rumah sakit dan fasilitas medis lain sebagai tempat persembunyian dan pos komando, serta menggunakan pasien sebagai perisai, belum memberikan tanggapan atas pertanyaan AFP mengenai keberadaan Kali.

Motasem Salah, direktur Pusat Operasi Darurat Gaza, menggambarkan situasi di pusat medis yang luas itu sebagai "tak tertanggungkan".

"Kami kekurangan ahli forensik yang diperlukan untuk membantu identifikasi korban atau menentukan apa yang terjadi pada mereka," kata Salah. Karena itu, mereka mengandalkan keahlian delegasi WHO dan OCHA (Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan).

Sementara itu, Amjad Aliwa, kepala departemen gawat darurat Al Shifa, menambahkan bahwa keluarga yang hadir di sana "untuk memastikan nasib anak-anak mereka, apakah mereka telah terbunuh, hilang, atau telah mengungsi ke selatan."

Baca Juga: Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Hentikan Genosida di Palestina, Netanyahu Membangkang?

Aliwa menyatakan, "Namun, kami kekurangan peralatan yang diperlukan, dan waktu tidak berpihak kepada kami. Kami harus menyelesaikan pekerjaan sebelum jasad-jasad tersebut hancur terurai."

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini