Musim 'Bediding' Sapa Nusantara: Penyegaran Alami di Tengah Kemarau

- 24 Juni 2024, 23:55 WIB
Antara Kabut dan Es: Rahasia Suhu Sejuk di Musim Kemarau
Antara Kabut dan Es: Rahasia Suhu Sejuk di Musim Kemarau /Instagram/@infobmkgjuanda

Wan Dayantolis dari Staklim BMKG mengomentari, "Curah hujan yang kurang menyebabkan kelembapan udara rendah dan uap air di permukaan bumi pun menjadi sedikit. Langit yang bersih dari awan memungkinkan panas yang dipancarkan bumi langsung terlepas ke atmosfer luar, sehingga suhu di permukaan menjadi lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari."

Meskipun fenomena Bediding terasa lebih dingin di pagi hari, siang hari justru menjadi lebih panas karena kurangnya awan dan uap air. Hal ini memungkinkan radiasi matahari mencapai permukaan bumi secara langsung dan lebih banyak. Namun, di wilayah selatan seperti Sumatera Selatan, Jawa Bagian Selatan, Bali, NTT, dan NTB, suhu udara siang hari akan lebih rendah dibandingkan bulan-bulan lain.

Ketika angin timuran atau monsun Australia yang kering mengalir melewati wilayah tersebut pada bulan Juli, puncak musim dingin di Australia turut mempengaruhi suhu di wilayah Jawa Bagian Selatan hingga Bali, NTT, dan NTB. Dampaknya, meskipun matahari bersinar terang di siang hari, hawa dingin dari monsun Australia lebih dominan, sehingga suhu udara siang hari justru lebih rendah. ***

Halaman:

Editor: Yudhista AP

Sumber: RRI BMKG ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah