Isu Utama Pemilu 2024 bagi Pemilih Muda: Lebih Banyak Pekerjaan dan Gaji yang Bagus

- 24 Januari 2024, 08:38 WIB
Pemilih muda menginginkan presiden mendatang bisa menciptakan lebih banyak pekerjaan dan gaji yang bagus.
Pemilih muda menginginkan presiden mendatang bisa menciptakan lebih banyak pekerjaan dan gaji yang bagus. /kec-pondokgede.bekasikota.go.id

MALANGRAYA.CO – Pemilu 2024 mendatang melibatkan 204,8 juta pemilih yang telah memenuhi syarat, dan lebih dari setengahnya adalah generasi milenial dan Gen Z. Terlepas dari siapa yang nantinya akan terpilih sebagai presiden, para pemilih muda ini menyampaikan pesan sederhana, lebih banyak pekerjaan dan gaji yang bagus.

“Saya akan memasuki dunia kerja tahun ini, dan itulah kekhawatiran utama saya yang mudah-mudahan bisa diatasi oleh presiden yang baru. Sebagian besar lowongan pekerjaan memerlukan setidaknya 2 atau 3 tahun pengalaman dan saya khawatir dengan gajinya,” tutur Sandra Mareta yang menginjak usia 21 tahun, seperti yang dilansir dari Nikkei Asia.

Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis September 2023, penciptaan lapangan kerja dan pengurangan pengangguran adalah isu paling mendesak kedua yang menurut para pemilih di Indonesia harus diatasi oleh pemimpin Indonesia berikutnya, sebesar 19 persen. Isu utama adalah menjaga harga kebutuhan pokok tetap rendah (31 persen).

Menurut World Bank, menyediakan pekerjaan yang baik dengan gaji yang baik sangat penting bagi ambisi Indonesia untuk keluar dari perangkap negara berpendapatan menengah dan mencapai status negara berpendapatan tinggi pada 2045. Data terbaru World Bank menyebutkan pendapatan nasional bruto per kapita Indonesia adalah 4.580 dolar AS atau Rp71 jutaan.

Meskipun pertumbuhan ekonomi stabil sekitar 5 persen per tahun dan kembalinya status pendapatan menengah ke atas pada Juli 2023 lalu, Indonesia masih kekurangan lapangan kerja yang layak untuk ditawarkan kepada generasi muda. Sebagian karena dampak buruk dari krisis ekonomi imbas pandemi Covid-19.

Indonesia sempat mencapai status menengah atas pada 2020 setelah sekitar 30 tahun berada di kelompok menengah bawah. Namun, peringkat kembali diturunkan pada tahun berikutnya. Selama hampir tiga tahun pandemi ini, jutaan masyarakat Indonesia kehilangan pekerjaan atau mengalami pemotongan gaji, dan banyak di antaranya yang belum dapat kembali ke pekerjaan formal dan tingkat pendapatan sebelum pandemi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat pengangguran di Indonesia turun menjadi 5,3 persen pada Agustus 2023 dari puncaknya baru-baru ini pada 2020, mendekati level 2019 sebesar 5,2 persen. Namun, pengangguran kaum muda relatif tinggi, dengan angka pengangguran berusia 20 sampai 24 tahun mencapai 17 persen pada 2022.

Selain itu, 59 persen dari 139,85 juta pekerja berada di sektor informal pada tahun lalu, lebih tinggi dibandingkan 2019 sebesar 56 persen. Pekerja informal mencakup mereka yang berwiraswasta dan menjalankan usaha kecil. Biasanya, pekerja informal tidak memiliki kontrak kerja yang aman, tunjangan pekerja, perlindungan sosial, atau perwakilan pekerja, menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO).

“Pasar tenaga kerja cukup dinamis. Namun tantangannya adalah terciptanya apa yang kita sebut pekerjaan kelas menengah, atau pekerjaan yang memberikan upah kelas menengah dan memberikan keamanan ekonomi yang lebih besar,” papar ekonom utama di Indonesia dan Timor Timur di World Bank, Habib Rab.

Halaman:

Editor: Anang Panca Kurniawan

Sumber: Nikkei Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah