Program Susu Gratis Pilpres 2024: Menyelamatkan atau Menenggelamkan Produsen Susu di Indonesia?

- 2 Januari 2024, 03:09 WIB
Kiprah Peternak Sapi Perah Lokal
Kiprah Peternak Sapi Perah Lokal /ZonaSurabayaRaya/

MALANGRAYA.CO - Program susu gratis yang digaungkan oleh pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tengah menjadi sorotan. Program yang dijanjikan sebagai andalan ini memunculkan pertanyaan kritis: Siapa yang akan untung dari program ini, dan bagaimana nasib peternak susu lokal Indonesia?

Data menunjukkan realitas yang ironis: hampir 80% susu yang beredar di Indonesia bersumber dari impor. Padahal, kebutuhan susu di negeri ini terus meningkat. Berdasarkan data BPS dan Kementerian Perindustrian tahun 2021, kebutuhan susu nasional mencapai 4,19 juta ton, sementara produksi susu segar dalam negeri (SSDN) hanya 0,87 juta ton. Artinya, produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 19% dari total kebutuhan, sisanya harus diimpor.

Kebutuhan susu di Indonesia bahkan meningkat menjadi 4,4 juta ton pada 2022. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2021 yang sekitar 4,3 juta ton, menurut data dari Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Faktor pertambahan penduduk, perbaikan kondisi ekonomi, dan aspek lain berpotensi meningkatkan kebutuhan susu di masa mendatang.

Lebih jauh, Kementerian Perindustrian mengungkapkan bahwa kebutuhan susu meningkat rata-rata 6% per tahun dalam enam tahun terakhir. Sebaliknya, produksi SSDN hanya tumbuh 1% setiap tahunnya. Hal ini berbeda dengan negara maju, di mana meski populasi sapi perah menurun, produksi susu segar justru meningkat signifikan.

Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa produksi susu segar Indonesia pada 2022 mencapai 968.980 ton, meningkat 2,38% dari tahun sebelumnya. Meskipun produksi susu segar dalam dua dekade terakhir cenderung meningkat, tetapi terdapat fluktuasi yang cukup signifikan.

Juru bicara Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Chico Hakim, mengkritik program susu gratis ini. Chico mempertanyakan prioritas anggaran dan efektivitas program tersebut.

“Apakah program ini akan tersaring dengan baik? Kita harus mempertimbangkan aspek-aspek seperti pembangunan puskesmas di desa dan insentif untuk guru keagamaan,” ungkap Chico.

Kekhawatiran juga muncul terkait kemungkinan pemborosan anggaran jika program ini tidak diminati oleh anak-anak yang mampu. Chico menambahkan, “Penting untuk memastikan bahwa program ini tidak sia-sia dan memang memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.”

Program susu gratis Prabowo-Gibran ini membuka diskusi lebih luas tentang strategi pengembangan sektor peternakan dan kebijakan impor susu, serta dampaknya terhadap petani dan produsen susu lokal Indonesia.***

Editor: Yudhista AP

Sumber: Kementerian Perindustrian RI Kementerian Pertanian BPS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah