Janjikan Perubahan, Jalan Terjal Anies Baswedan Akhiri Politik Patronase

- 5 Januari 2024, 22:47 WIB
Anies Baswedan hadapi jalan terjal akhiri politik patronase.
Anies Baswedan hadapi jalan terjal akhiri politik patronase. /uad.ac.id

MALANGRAYA.CO – Seperti calon presiden lainnya, Anies Baswedan juga menjanjikan perubahan dalam upaya menjadi orang nomor satu di Indonesia pada Pemilu 14 Februari 2024 mendatang. Namun, mantan Gubernur Jakarta tersebut akan dihadapkan pada jalan terjal, termasuk ‘mengakhiri’ politik patronase.

Spontanitas dan janji kampanye untuk mengatasi apa yang ia sebut sebagai 'erosi nilai-nilai demokrasi' telah membantu mengangkat Anies dalam beberapa survei opini. Sebagian besar jajak pendapat menunjukkan ia bersaing ketat dengan capres nomor 3, Ganjar Pranowo, tetapi jauh di belakang kandidat utama, Prabowo Subianto.

“Apa yang kami tawarkan adalah perubahan, mengembalikan kehidupan masyarakat ke jalurnya,” kata Anies setelah melakukan kampanye di provinsi paling padat di Indonesia, Jawa Barat, seperti dilansir dari Reuters.

Janji perubahan itu muncul di tengah kemarahan banyak masyarakat atas apa yang mereka lihat sebagai upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mempertahankan pengaruhnya setelah satu dekade berkuasa. Oktober lalu, Mahkamah Konstitusi mengubah kriteria kelayakan Pemilu, memungkinkan anaknya, Gibran Rakabuming Raka, maju sebagai pasangan Prabowo.

Keputusan tersebut memicu kekhawatiran akan kembalinya nepotisme dan politik patronase yang menjadi ciri pemerintahan mantan Presiden Soeharto selama puluhan tahun. Sebagai anggota partai yang berkuasa, PDI-P, Jokowi awalnya tampak menyokong Ganjar, tetapi kini secara implisit mendukung Prabowo.

Harapan terbaik Anies untuk menang terletak pada kemampuannya menduduki posisi runner-up dan memaksakan Pemilu dilanjutkan ke putaran kedua, jika kandidat utama, yang kemungkinan besar adalah Prabowo, tidak mendapatkan suara mayoritas. Pada putaran kedua, Anies bisa berharap untuk menarik suara pendukung Ganjar.

Sebagai mantan menteri pendidikan, rektor universitas, dan Sarjana Fulbright dengan gelar PhD dari Northern Illinois University, Anies dikagumi karena latar belakang keilmuan dan pidatonya. Sayangnya, meski menganut Islam moderat, ia dikritik karena kedekatannya dengan kelompok Islam garis keras, sehingga meningkatkan momok politik identitas di Indonesia.

Anies membela rekam jejaknya sebagai orang yang inklusif, mengatakan pernah membantu meringankan persyaratan izin untuk membangun tempat ibadah agama apa pun saat memimpin Jakarta. Pendamping Anies adalah Muhaimin Iskandar, pemimpin partai Islam terbesar di Indonesia, yang juga terkait dengan kelompok Muslim moderat terbesar, Nahdlatul Ulama.

“Dukungan partai politik Islam konservatif dan progresif telah membantu Anies dalam survei. Namun, jika kelompok minoritas tetap tidak yakin, hal itu mungkin akan merugikannya dalam jalan menuju jabatan presiden,” ulas peneliti tamu di ISEAS–Yusof Ishak Institute di Singapura, Made Supriatma.

Halaman:

Editor: Anang Panca Kurniawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah